Efek Erupsi Gunung Rinjani terhadap biodiversitas fitoplankton di Danau Segara Anak
By Celebica - Mei 11, 2020
Tim Celebica sedang meneliti fitoplankton di Danau Segara Anak, Foto: Taufik Arianto |
Danau
Segara Anak merupakan salah satu danau vulkanik yang berada di sekitar areal
Gunung Rinjani. Aktivitas vulkanik yang terjadi akibat erupsi dari Gunung Rinjani
memberikan dampak ekologi terhadap kehidupan akuatik yang ada di danau tersebut.
Salah satu organisme akuatik yang terdampak adalah fitoplankton. Fitoplankton merupakan
organisme yang dapat merespon perubahan yang terjadi di lingkungan akuatik.
Terjadinya erupsi mengakibatkan
perubahan fisik dan kimia air danau. Salah satu perubahan signifikan yang diperkirakan
mempengaruhi perubahan komposisi fitoplankton yang ada di Danau Segara Anak
adalah perubahan pH dan peningkatan Fe yang drastis pasca terjadinya erupsi.
Hasil penelitian menunjukkan kedua faktor tersebut memainkan peran penting dalam
perubahan komposisi fitoplankton khususnya kelas Bacillariophyceae dan
dominansi kelas Cyanophyceae di Danau Segara Anak.
Perubahan pH akan menganggu metabolisme
yang terjadi pada kelas Bacillariophyceae (Hervé et al. 2012; Hildebrand et al.
2018). Laporan Arianto et al (2013)
sebelum terjadinya erupsi pada tahun 2013, menunjukkan kondisi pH di angka 6
sedangkan setelah erupsi tahun 2016 pengukuran pH menunjukkan terjadinya
keasaman pada air danau dengan angka pH di angka 4,2. Hasil penelitian Arianto et
al (2020) setelah erupsi menunjukkan penurunan genus dari kelas
Bacillariophyceae, yang sebelumnya pada tahun 2013 ditemukan 29 genus
Bacillariophyceae sedangkan pada tahun 2017 hanya ditemukan 9 genus. Studi
terbaru juga meaparkan bahwa penurunan pH akan berakibat pada beberapa hal pada
diatom antara lain: 1). Menurunkan kemampuan daya serap unsur Fe pada diatom,
2) Menurunkan proporsi total penyimpanan karbohidrat intraseluler, 3)
Meningkatkan jumlah eksudat karbohidrat terlarut dan 4). Menghambat
penbentukkan dinding sel pada diatom.
Selain penurunan jumlah genus
diatom, perubahan komposisi lainnya yang diduga terjadi karena erupsi gunung Rinjani
adalah perubahan dominansi spesies fitoplankton. Diatom yang semula menjadi
kelas yang dominan sebelum erupsi berganti menjadi Cynaophyceae. Penurunan pH
yang cukup tinggi membuat genus fitoplankton dari kelas lainnya selain
Cyanophyceae tidak dapat beradaptasi. Hal ini berbeda dengan beberapa spesies
yang termasuk dalam kelas Cyanophyceae. Spesies dalam kelas tersebut memiliki
toleransi yang sangat lebar pada perairan asam. Salah satu contohnya adalah
adanya kehadiran protein yang berperan dalam stress asam pada spesies Anabaena sp.
yaitu Anabaena-GGSK A7.
Mekanisme selanjutnya yang
berpotensi mempengaruhi kelimpahan Cyanophyceae setelah erupsi terjadi adalah
peningkatan unsur besi (Fe). Fe merupakan salah satu mikronutrien penting bagi
fitoplankton. Cyanophyceae membutuhkan Fe dalam jumlah yang lebih besar
dibandingkan kelas lainnya di alam. Hal tersebut berhubungan dengan kebutuhan
Fe dalam proses fotosintesis. Fe dibutuhkan dalam transfer elektron dari PS I
ke PS II ketika proses fotositesis oleh Cyanophyceae yang jumlahnya lebih besar
dibandingkan kelas lainnya (Molot et al. 2010). Selain dalam fotosintesis,
kebutuhan Fe tambahan juga diperlukan bagi kelas Cyanophyceae yang mempunyai
kemampuan dalam fiksaasi nitrogen.
Perubahan komposisi fitoplankton akibat
erupsi gunung rinjani perlu dikaji lebih lanjut melalui penelitian yang lebih
luas dan mendalam agar dapat melihat keterkaitan secara langsung dampak dari
erupsi tersebut terhadap biodiversitas fitoplankton. Sebelumnya paparan ilmiah
diatas merupakan hasil dari penelitian dasar terkait ekologi fitoplankton di
Gunung rinjani di waktu berbeda yang selanjutnya dikaji dan dikuatkan secara
teori.
Penulis: Taufik Arianto
Penulis: Taufik Arianto
1 komentar
keren informasinya. Terkait ekologi juga sangat memberikan informasi dalam pengelolaan ekosistem danau kedepannya.
BalasHapus